Kamis, 13 Oktober 2011

Lanjutan

Hari ini memang benar-benar hari yang membuatku jengkel padahal baru 2 jam setelah aku tidur, ini semua tidak akan terjadi kalau Oppa tidak meninggalkanku
“ Awas yah kau oppa akan aku balas kau!” janji ku pada diri sendiri
Dengan langkah yang sedikit malas aku pergi menuju kelasku, dari jauh aku melihat Hyou rin. Dia adalah sahabat ku yang paling baik, sekaligus merangkap sebagai tunangan kakakku. Aneh memang kalau mereka sudah bertunangan sedang mereka masih sekolah tapi kakakku sepertinya sudah terlalu dibutakan hatinya. Tapi aku senang kalau mereka akan selalu bersama karena selain aku Hyou rin lah yang bisa mengerti mau kakakku yang menyebalkan itu, lagi pula kami sudah seperti saudara kandung.
Ibunya Hyou rin sangat menyayangi kami berdua, beliau tidak pernah membeda-bedakan kami rasanya seperti kembali memiliki ibu, setelah cukup lama aku tidak merasakannya dari Omma*. Aku berlari kecil kearah Hyou rin sambil meneriaki namanya.
“ Onni ! Hyou rin Onni!” kataku sambil memberikan senyuman terindah yang pernah kumiliki
“ sudah kubilang berapa kali sih, aku kan sebaya dengan mu kenapa kau memanggilku dengan sebutan itu. Rasanya umurku sudah menginjak 20 tahun padahalkan aku masih 18 tahun apa aku setua itu yah Go Mi Nyu?!” katanya sambil memukul pelan kepalaku
“ hahaha,, apa salahnya kau kan nantinya akan menjadi saudari perempuanku kan Onni?” kataku dengan tersenyum jail
“ dasar anak ini! Baiklah. Mengapa jam segini kau baru tiba? Apa mobil Mi Nam Oppa bannya bocor?atau apa?” katanya seperti menanyai seorang narapidana
“aku sedang malas membahas masalah ini dan nama Go Mi Nam tolong jangan disebut untuk hari ini saja bisa?” tanya ku dengan nada sedikit ketus
“ hei apa kalian bertengkar? Kenapa kalian seperti anak kecil saja!” katanya sambil mengikuti masuk kelas dan aku hanya membungkam mulutku
“ hei ayolah! Kau bilang tadi kita saudara?! Ada apa sebenarnya?” tanyanya penasaran karena aku tidak kuat mendengar rengekannya itu aku menceritakan semuanya sambil sedikit melebih-lebihkannya dan memotong bagian saat aku harus bertemu dengan pria manja barusan. Sepertinya dia sudah cukup puas dengan ceritaku dan saat guru masuk kami menghentikkan pembicaraan dan konsentrasi pada materi yang diajarkan, namun sepanjang pelajaran berlangsung pikiranku melayang kembali kemasa lalu dan mimpi itu tiba-tiba datang lagi.
Teeeeett….. Teeeeettt…
Bel tanda pulang pun telah berbunyi guru jam terakhir tidak masuk karena sakit, jadi kami hanya di beri tugas dan sudah selesai sejak 15 menit yang lalu. Hari ini sepulang sekolah aku ada les piano di ruang musik, jadi aku langsung pergi melesat sebelumnya berpamitan dulu pada Hyou rin dan memberitahunya kalau aku tidak ingin Oppa menungguku karena aku akan pulang agak larut hari ini
“ bagaimana kalau Mi Nam Oppa marah?” tanya Hyou rin sedikit panik
“ bilang saja ini adalah aksi protes ku padanya, sudah ya Hyou rin sampai jumpa” kataku sambil berlalu meninggalkannya. Ketika sudah sampai di depan ruang musik, entah kenapa aku sedang tidak ingin menekan tuts-tuts piano itu rasanya hari ini aku ingin menjelajahi Seoul. Kubulatkan tekadku aku memutar badanku lalu lari secepat yang aku bisa sebelum Oppa atau Hyou rin melihatku kabur dari kelas musik.
ketika aku sudah lumayan jauh dari sekolah aku mulai berjalan agak santai dan aku putuskan untuk berjalan kaki saja toh aku juga kan ingin berjalan-jalan kalau naik bis bukan jalan-jalan namanya. Ini adalah kali pertama aku keluar jauh dari rumah setelah 5 tahun terakhir, semenjak orang tua ku memutuskan untuk berpisah Oppa tak pernah membiarkan aku keluar sendirian meskipun itu hanya keluar 1 blok saja dari apartement yang kami tinggali. Dia bilang dia tidak ingin terjadi apa-apa padaku karena saat ini dia hanya memilki aku adik kembarnya seorang.
Namun mengingat kejadian tadi pagi rasanya itu semua hanya tipuan dan aku dengan bodohnya percaya. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran kakakku saat itu apa dia pikir dia berhak melakukan itu semua terhadapku? Astga kalau sampai omma tahu pasti dia akan di hajar habis-habisan. Namun aku tidak sampai hati melakukannya sepertinya rasa sayangku mengalahkan kebencianku padanya.
Saat aku pikir kalau aku sudah sangat jauh dari sekolah aku mulai berfikir tempat mana yang akan ku kunjungi terlebih dahulu, aku memang asli orang korea namun aku tidak tahu mana tempat yang menkjubkan selain Indeon Tower. Aku pikir tidak salahnya kalau itu adalah tempat pertama yang akan aku kunjungi.
“ yah sudah kuputuskan! Ayo kita jelajahi Seol sampai malam” kataku pada diri sendiri dengan sangat semangat

***
Tak terasa sudah seharian aku bermain tanpa di bayangi oleh kakak ku yang suka mengatur itu, rasanya hari in adalah hari paling indah yang pernah kumiliki, terlepas dari kejadian tadi pagi.
“ oh astaga perutku, karena main terus sampai lupa kalau aku belum makan. Tapi makan dimana yah, dingin-dingin begini enaknya makan sup ayam jahe “ setelah berkeliling mencari restoran yang menjual sup akhirnya aku menemukannya restorannya sih terliah sangat bersih sepertinya sup nya pun juga enak buktinya saja banya sekali orang yang berdatangan ke tempat itu. Karena keburu tempat itu ramai aku segera masuk. Saat aku masuk di depan pintunya ada satu orang pegawai yang menyapa ku, aku sempat berfikir apa mulut mereka tidak kering karena harus menyapa para pengunjung yang selalu saja berdatangan.
Saat aku sudah berada di dalam restoran itu aku kebingungan mencari tempat duduk yang kosong karena tempat itu sangat ramai sekali. Dari pakaian par pengunjungnya terlihat bahwa mereka adalah para pegawai kantor yang kelaparan setelah seharian bekerja. Rata-rata mereka datang kesini bersama dengan teman-teman mereka.
Tempatnya yang cukup nyaman karena ada dua pilihan tempat duduk yang satu berada di pojok ruangan disediakan tempat duduk lesehan, untuk membatasi antara satu meja dengan meja lainnya dibuatkan seperti papan yang menutupi hingga sebagian kepala saat duduk. Sedang kan tempat duduk yang lainnya sama seperti tempat duduk untuk makan pada restoran di korea pada umumnya untuk membatasinya pun sama sama seperti pada pembatas untuk duduk lesehan hanya ketiggiannnya berbeda.
Tempatnya sangat ramai sekali para pegawai restoran hilir mudik dari meja satu kemeja yang lainnya, ada juga yang pergi untuk mengambilkan pesanan
“ hei nona yang disana minta kimchi sayurnya lagi yah” kata salah seorang pembeli yang duduk tak jauh dari tempat aku sedang berdiri sekarang
                “ ya baik tuan tunggu sebentar” kata pegawai yang berdiri tepat disampingku
                “ nona anda belum mendapatkan tempat duduk?” katanya dengan sopan aku hanya mengagguk             “ tunggu sebentar akan aku carikan tempat duduk untuk anda. Ah yaa untuk berapa orang kalau boleh saya tahu ?” katanya yang hendak pergi namun berbalik lagi kearahku
                “ hanya saya “ kataku dengan senyum yang agak sedikit dipaksakan
                “ oh ya tunggu sebentar, ikuti saya mari “ katanya sambil memberi sedikit jalan padaku
Aku mengikuti pegawai wanita ini yang kutahu bernama Kim Hana. Dari perawakanya aku memperkirakan umurnya sekitar 25 tahunan, tinggi hampir sama dengan ku kulitnya putih seperti kebanyakan orang korea. Seragamnya berwarnya hitam dan di bagian belakang bajunya ada tulisan sesuai dengan nama restoran tempat ia bekerja saat ini.
Wanita itu membawaku ke sebuah tempat duduk lebih tepatnya lagi sebuah kursi dan meja sepertinya ini adalah tempat duduk yang sengaja di tempatkan saat restoran sedang penuh karena hanya terdapat satu kursi dan satu meja berukuran kecil yang hanya muat untuk makan satu porsi sup beserta kimchi dan minumannya. Wanita itu mempersilahkan aku duduk dan menanyakan apa pesananku, setelah selesai mencatat semua pesanan ku yang hanya seporsi sup ayam jahe dan satu botol soju dia segera pergi meninggalkan ku untuk mengambil pesananku. Saat sedang menunggu pesananku datang aku melihat sekeliling restoran yang penuh dengan pengunjung, kebanyakan dari mereka adalah para pekerja kantoran yang sedang melepas lelah sejenak setelah bekerja seharian sebelum pulang kerumah mereka. Namun ada juga beberapa keluarga yang sengaja makan malam ditempat ini. Saat aku sedang asik mengamati pengunjung yang lain aku di kejutkan oleh sebuah suara.
“ Permisi nona, ini pesanan anda satu porsi sup ayam jahe, kimchi sayur serta sebotol soju. Silahkan menikmati jika anda butuh sesuatu silahkan panggil saya, saya permisi dulu .” kata pegawai tersebut aku mendongkakan kepalaku untk mengucapkan terima kasih padanya namun pegawai itu telah pergi membelakangiku
“ huh! Bagaimana aku bisa memanggilnya kalau dia tidak menunjukan wajahnya?!” keluhku namun bau dari sup ini mengalihkan kekesalanku. Langsung saja aku dengan lahap menyantap sup ini rasanya aku belum makan selama setahun penuh, cacing-cacing di perutku berteriak kepadaku untuk segera melahap sup yang nikmat ini.
Saat aku sedang menikmati sup dan soju handphone ku bergetar, aku mengalihkan pikiranku sejenak dan mengambil handphone ku yang ku letakkan diatas meja. Aku melihat nama yang terlihat di layar ponselku, betapa terkejutnya aku saat aku melihat nama kakakku dilayar ponselku dengan hati yang berdebar-debar aku menekan tombol ‘Yes’ dan menempelkan ponsel ke telingaku. Belum menempel dengan benar ponsel itu aku sudah mendengar omelan Oppa dengan sangat jelas hampir saja ponsel itu lepas dari genggamanku karena aku cukup kaget dengan suara Oppa yang sangat memekikan telinga.
“ Hei!! Apa sudah selesai kau membuat telinga adikmu ini terluka?? Sudah kubilang berapa kali sih aku ini kan tidak tuli!” kataku setelah sudah tak terdengar omelan dari kakakku
“ Astaga! Hei bocah tengik ada dimana kau sekarang? Kau tahu sudah jam berapa ini sekarang? Apa pantas seorang gadis belum pulang pada jam selarut ini? Aku tidak akan membentakmu kalau kau mengangkat telpon ku dari tadi dasar kau iblis kecil!” katanya dengan nada masih sama kerasnya
“ ya terus hina saja aku, bagaimana aku akan pulang kalau cara membujuk mu seperti itu. Apa katamu tadi? Bocah tengik? Iblis kecil? Aiisshh…”kataku dengan nada yang sedikit angkuh
“ Apa kau tahu aku kalau aku kakak mu ini mencari Adiknya yang kabur dari tadi siang dan hampir punya pikiran kalau kau di culik atau mati? Dan saat kakak mu ini sedikit tenang karena adiknya  yang kurang ajar dan tak tahu diri itu baru mengangkat telponnya pada jam segini, dan kau memintaku untuk membujuk mu? Awas ya kalau sampai aku menemukanmu akan kupermalukan kau!” katanya dengan nada mengancam di ikuti dengan bunyi ‘Bip’ aku terlonjak kaget mendengar bunyi bip yang cukup keras itu
“ Astaga harusnya aku mengecilkan volume suara ponsel ini. Ahh tidak penting yang penting sekarang adalah aku harus segera mengabiskan sup ini lau pulang dengan taksi kalau tidak AHHHH !!!! aku tak ingin membayangkan apa yang akan dilakukan Oppa padaku nanti “ kataku pada diri sendiri yang sedang membayangkan aku sedang di permalukan oleh Oppa di depan banyak orang.
Aku segera menghabiskan sup dan soju ku setelah semuanya habis, aku segera memanggil pelayan untuk membayar makananku namun saat itu juga aku mendengar seseorang yang meneriakan namaku. Dengan enggan aku menoleh kearah suara itu berasal, dan ternyata dugaan ku benar dia adalah kakakku.
“ Ahh, kenapa dia bisa menemukanku sih ?!” kataku pada diri sendiri sambil mencoba menutupi wajahku dengan rambutku yang ternyata tak bisa menutupi rasa maluku. Dia menghampiriku aku bisa melihat kemarahannya padaku, aku sangat takut sekali saat dia menatapku seolah-olah dia ingin mencincang tubuhku dengan pisau yang sangat tajam. Tatapannya sangat dingin dan kejam sampai-sampai pelayan yang ada di sebelahku bertanya apakah aku mengenalnya, aku menjawabnya dengan anggukan yang di paksakan.
“ dasar kau bocah tengik!! Ayo kita pulang sekarang akan ku beri pelajaran kau” kata kakakku sambil menjewer telingaku rasanya sakit bukan main telingaku serasa dibakar
“ AHH… ampun Oppa jangan jewer telingaku panas itu ahhhh! Oppa lepaskan sakit Oppa!” kataku memohon ampun tapi omonganku hanya dianggapnya sebuah angin lalu
Namun tiba-tiba langkahnya terhenti tepat di depan pintu restoran dan melepas jewerannya dari telingaku, kesempatan itu aku gunakan untuk mengusap telingaku yang kurasa sudah berubah warnaya menjadi merah padam. Dia berbalik arah menghampiri meja kasir,
“ Maaf nona, apa iblis kecil ini sudah membayar pesanannya?” aku tidak mengerti apa yang ada di benak kakakku itu dia menghentikan siksaannya hanya untuk bertanya apakah aku sudah membayar makanan yang aku pesan? Dasar kakak yang aneh, kataku membatin sambil terus memerhatikannya dengan wajah super aneh.
“ Se..se..sepertinya be..bee..lum..” katanya sambil terbata-bata aku melihat ketakutan dimatanya.
“ Wah hebat juga amukan kakakku ini” kataku pada diri sendiri
“ Begitu yah. Berapa semuanya?” katanya sambil mengeluarkan dompet kulit dari saku belakang celananya
“ se..se..mua..nyaa 68.000 won..” kata si pegawai masih dengan nada yang sama
“ Baiklah ini , terimakasih maaf telah membuat keributan di restoran ini “ kata kakakku memberi selembar uang 100.000 won pada pegawai tersebut sambil membungkuk dengan sopan dan berjalan kearahku dan saat ini aku lah yang mulai ketakutan.
“ Baiklah iblis kecil saat nya kita pulang sudah puas bermain sehariannya?” kata kakakku dengan nada dingin sambil menjewer kembali telinga ku yang hampir pulih
“ Awww sakit Oppa!! Kau mau adikmu ini kehilangan salah satu telinganya?” kataku
“ Kalau itu membuatnya tidak melakukan hal yang aneh akan kurelakan telingamu itu. Sudah diam cepat masuk kedalam mobil” katanya sambil melepas jewerannya dan masuk kedalam mobil, namun baru saja kami membuka pintu ada yang meneriaki kami
“ Hei tuan! Kau lupa dengan kembalianmu” kata seorang wanita yang mengenakan seragam dari restoran tersebut
“ Tak apa, ambil saja anggap saja itu adalah bonus karena telah membiarkanku berteriak di restoran kalian. Sekali lagi saya mohon maaf” kata kakakku sambil sedikit membungkuk, dan wanita itu pun tidak berkata apa-apa lagi hanya membungkuk rendah sama seperti yang kakakku lakukan.

0 komentar:

Posting Komentar