Prolog
Di bawah kerindangan rasa kecewa aku tetap berdiri menanti dirimu yang tak kunjung kembali dari masa lalu. Aku tetap bertahan disini meski yang lain terus memengaruhi alam bawah sadarku untuk melupakan nyata akan dirimu, karena aku tahu kau pasti kan menemuiku tapi entah kapan itu akan terjadi namun aku percaya itu.
Terkadang rasa jenuh bertengger erat diatas puing-puing kesetiaan, menghantui tiap detik yang aku miliki. Menggenggam kuat keabadian hidup aku bertahan menyusuri jalan setapak yang tiada akhir, menemukan celah dibalik temaramnya matahari aku bertahan menanti dirimu yang tak kunjung datang.
Tersirat keinginan untuk meninggalkan mu pada masa ini, namun terasa ringan kaki ini melangkah semakin aku tak ingin meninggalkanmu. Aku menangisi kebodohan diriku akan sesuatu yang sebenarnya tak pernah aku ketahui untuk apa aku pertahankan.
Sampai akhirnya penantianku pun terjawab, kau datang menghampiriku dengan keadaan sangat baik, dan aku sempat melihat segurat lengkungan kecil mengunci bibirmu meski hanya sedetik. Tawa ku menyambut mu yang baru saja lolos dari keserakahan masa lalu yang menahanmu. Namun ada yang aneh dengan dirimu, kau terlihat begitu abstrak semakin kau mendekatiku aku semakin tak bisa melihatmu sinarnya terlalu kuat mataku sakit melihat keadaanmu saat ini.
Ku teriakkan namamu untuk kesekian kalinya namun kau sama sekali tidak menggubrisnya kau hanya diam sambil melangkah kearahku, sinarnya terlalu kuat rasanya aku ingin menangis karena mataku perih. Aku ketakutan aku tak bisa merasakan keberadaanmu lagi dalam sosok itu, rasanya orang ini bukan kau. Aku memundurkan langkahku perlahan namun kau terus mendekatiku, langkah ku terlahang oleh sesuatu dan kini jarak antara kau dan aku semakin kecil . aku menutup kedua mataku karena sinarmu begitu menyala.
Hingga akhirnya kau memeluku dengan lembut dan penuh kehangatan, namun aku tetap tak bisa merasakan bahwa itu adalah kau rasanya itu bukan kau rsanya itu hanya replika nyata yang sedang mengelabuiku saja dan berhasil mengecohku. Tiba-tiba kau melepas pelukan mu daan kau pergi, namun kau sempat mencium keningku sesaat sebelum kau menghilang entah bagaimana caranya.
Air mataku terjatuh dari tempatnya entah mengapa aku menangis, rasanya dadaku sesak rasanya aku llebih menyukai kau yang ini dari pada kau yang sebelumnya. Tapi apakah itu kau? Rasanya kau bimbang, rasanya aku tidak mengenalimu dalam sosok kau yang tadi, rasanya pelukanmu tidak sehangat tadi, apakah itu kau? Atau siapa? Apa itu bukan kau? Apa itu hanya halusinasi kesepian dan kegalauanku saja? Bisakah kau menjelaskannya padaku? Hatiku benar-benar galau saat ini…
0 komentar:
Posting Komentar